Sepengalaman
saya, saya belum pernah melihat atau mendengar sepasang dua makhluk adam
yang klop sempurna di segala sisinya. Pasti, pasti dan bisa dipastikan mereka
pernah mengalami konflik akibat ketidakcocokan. Dulu, saya sering
terheran-heran dengan kakak-kakak yang lebih tua saat mereka memutuskan menikah
dengan orang yang sebenarnya saya tahu bahwa mereka tidak cocok dibeberapa
bagian. Saat itu saya sering berfikir, kenapa sih si kakak itu tidak mencari
orang lain aja? Namun, umur yang bertambah telah mengajarkan pada saya bahwa
kita tidak akan mungkin menemukan orang yang cocok 100% di tiap sisinya.
Nah, buku ini merupakan buku yang secara gamblang menyetujui
kalimat pembuka tulisan diatas. There is no such a thing as perfect couple.
Tidak ada tuh pernikahan yang terdiri dari dua orang yang telah cocok 100% satu
sama lain. Buku ini secara blak-blakan membahas berbagai konflik yang dapat
muncul dari sebuah pernikahan. Banyak aspek, karakter atau pun mindset yang
jika tidak secara sengaja disatukan maka dapat menimbulkan prahara rumah
tangga. Buku ini secara jelas menyatakan bahwa jika ingin bahagia dalam
pernikahan maka ada banyak hal yang harus dilakukan secara sengaja. Kebahagiaan
itu tidak diantar oleh malaikat, namun harus dicapai dengan kerja keras. Yap.
Untuk bahagia pun harus KERJA KERAS.
Soulmate
is made not found
Penulis menekankan bahwa manusia turun ke dunia sesungguhnya
bukanlah untuk mencari belahan jiwanya yang hilang. Namun untuk membentuk jiwa
yang baru dan utuh dengan seseorang yang telah dipilihnya. Pembentukan tersebut
merupakan proses terus menerus dalam sebuah pernikahan. Dan itu tidak mudah. Benar-benar
tidak mudah. Dibutuhkan banyak tenaga, pengetahuan, dan waktu untuk
mencapainya. Saya sampai sedikit tertekan saat penulis menekankan hal tersebut
berkali-kali di buku tersebut.
Bagi orang-orang yang selama ini
mendambakan bahwa pernikahan adalah sesuatu yang penuh dengan kemudahan dan
kebahagiaan, maka jangan membaca buku ini. Sungguh. Buku ini memaparkan
kenyataan yang sering kita (para single) nafikan. Ternyata pernikahan tidak
sesederhana melakukan akad dan resepsi. Dan tidak pula sesederhana tidur satu
kamar dengan orang lain dan membuatkan sarapan setiap hari. Tidak sesederhana
itu. Sama sekali tidak.
Namun sesungguhnya buku ini dapat
membawa banyak sisi positif. Ibarat obat, mungkin buku ini akan pahit saat
dibaca, namun apabila rutin menerapkan isinya niscaya akan membawa ke
pernikahan yang sehat dan bahagia.
Above all,
Buku ini lumayan recommended deh.
Baik untuk para orang yang telah menikah maupun para single (belum meikah). Dan
pesan khusus untuk yang masih single, jangan trauma atau fobi dengan pernikahan
hanya karena membaca buku ini ya!
***
Narastri Utami
bgmn klo ssorg ingin mnikah tpi blm ada pasangan atau yg diajak pnuh dgn alasan??
BalasHapusaduuh, maaf, maaf, saya blm punya kapasitas untuk menjawab pertanyaannya... namun sepertinya jawaban yg lagi nge trend utk pertanyaan diatas adalah "memantaskan diri"... dan itu bs dengan banyak cara.. :) :)
Hapus