Halaman

Minggu, 11 Agustus 2013

We have to Learn International Language, seriously!

photo was taken fr here
Saya akan membuka tulisan ini dengan memberikan 3 pertanyaan :
1. Berapakah usia mu saat ini?
2. Bahasa internasional apa saja yang telah kamu kuasai dengan mahir di usiamu sekarang?
2.Jika masih merasa belum menguasai secara mahir, apakah kamu sudah memberikan usaha terbaikmu untuk mempelajarinya?


Jika jawabannya adalah 'saya telah berusia 17 keatas' lalu 'saya belum menguasai bahasa asing satu pun secara mahir' dan 'saya belum mengeluarkan usaha terbaik untuk mempelajarinya' maka ini waktunya anda untuk merenung. hehe. 

Menguasai bahasa internasional, merupakan skill yang teramat penting untuk dimiliki. Terlebih dalam era globalisasi saat ini. Internet memudahkan kita berinteraksi dengan orang dari berbagai negara. Istilah global village atau kampung global menunjukkan pada kita bahwa semua penduduk di dunia ini sesungguhnya dapat berinteraksi akrab dan seolah "dekat". Mengobrol dengan orang dari belahan dunia lain seperti Amerika akan menjadi sama mudahnya dengan mengobrol dengan tetangga sebelah rumah kita. 

Banyak peluang yang bisa kita raih, seperti peluang untuk belajar budaya negara lain, belajar ilmu penelitian terupdate dari negara lain, atau bahkan peluang bisnis antar negara. Salah satu syarat utamanya adalah kita harus menguasai bahasa internasional atau bahasa yang mereka gunakan. Sayangnya, masih banyak dari kita yang belum concern dengan hal ini. Masih banyak alasan yang keluar dari diri kita untuk belajar bahasa asing. Tidak punya waktulah, terlalu sulitlah, tidak punya uang untuk mengikuti les-lah, dan masih banyak lagi. Padahaaaaal, manfaat yang akan kita dapat jika telah mahir berkomunikasi bahasa internasional sungguh sangatlah banyak. 

Dan apabila telah menguasai satu bahasa internasional secara mahir, maka jangan merasa puas dulu. Karena sesungguhnya hanya menguasai satu bahasa internasional saja sepertinya belum menjadikan diri kita spesial.

Seperti kejadian yang barusan saya alami ini, sungguh merupakan pengalaman yang cukup menampar. Saat ini saya sedang berpraktek untuk mendapatkan gelar profesi psikolog di salah satu SD favorit di kota Yogyakarta. SD ini terkenal dengan sekolah yang mengajarkan multi languange. Pada waktu itu guru memberikan sebuah tugas kepada siswanya yang masih duduk di kelas 4 SD. Guru menugaskan untuk membuat sebuah grafik yang berisi nama-nama benda yang ada di kelas. Lalu ada salah satu murid yang menanyakan : "Mengerjakannya boleh memakai bahasa apa aja, sir?" dan guru tersebut menjawab "apa saja boleh, indonesia, inggris, perancis, jawa, mandarin atau apapun dipersilakan".

Penasaran dengan anak tersebut, saya mendekatinya saat ia sedang mengerjakan tugas itu. Dan Voila, saya tidak mengerti apa yang ia tulis. Ia menulis dalam bahasa yang saya tidak pahami yakni bahasa Perancis. Ternyata anak tersebut bersungguh-sungguh dengan pertanyaan yang ia ajukan ke gurunya tadi. Ia secara tidak langsung sesungguhnya meminta izin untuk menggunakan bahasa perancis dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Salut, Bangga sekaligus merasa tertampar menyelimuti diri saya saat itu. Dan yang lebih menampar lagi adalah, tidak hanya satu anak itu yang menggunakan bahasa Perancis. Di dalam kelas tersebut ada DUA anak yang (mencoba) menyelesaikan tugasnya menggunakan bahasa Perancis. Dan mereka (kelihatannya) asli anak Indonesia (sepertinya) bukan keturunan bule.


****

Narastri Utami

Tidak ada komentar:

Posting Komentar