Halaman

Minggu, 23 Maret 2014

Belajar dari kisah Aisyah-Medan

Hai zyra, sudahkah kau mendengar berita yang cukup hot di indonesia saat ini? Berita tentang seorang bocah 8 tahun bernama Aisyah yang merawat ayahnya di atas sebuah becak. Ia menjadi tulang punggung untuk ayahnya dikarenakan ayah yang sedang menderita sakit paru-paru. Ia meninggalkan bangku sekolahnya. Atau bahkan bisa dibilang ia meninggalkan masa kanak-kanaknya demi merawat ayahnya!!
 
Dan sebenarnya Zyra, ada satu bocah lagi yang juga bernasib sama dengan Aisyah. Hanya saja beritanya tidak semeledak kisah Aisyah. Kau bisa baca beritanya disini. Ia adalah bocah berkebutuhan khusus yang merawat ayahnya yang juga sedang sakit. Sungguh mengharukan kisah mereka berdua, Zyra. Aku hanya bisa mengucapkan doa semoga mereka semua masuk surga dikarenakan bakti terhadap orang tua nya yang sungguh istimewa.
****
Aah, Zyra. Berita ini mengingatkanku pada salah satu obrolan kita waktu itu. Obrolan kita yang sedikit mengarah ke perdebatan kusir tanpa ujung. Waktu itu kita membahas tentang cara mendidik anak. Saat itu, aku bersikukuh berpendapat bahwa seorang anak sebaiknya diikutkan berbagai macam les untuk mengembangkan semua kepandaian yang dimilikinya. 
 
"Aku ingin anakku besok ikut les musik, les renang, dan les bahasa asing. Sebaiknya anak semenjak dini diikutkan berbagai les karena perkembangan otak mereka masih sangat optimal sebelum menyentuh usia remaja ataupun dewasa. " terangku panjang lebar guna meyakinkanmu.
 
"Tidak harus. Sebaiknya penanaman agama dan akhlak yang harus ditekankan pada usia segitu" jawabmu tenang. 

"hmm iya juga sih.. kalau gitu nanti si anak di kasih tambahan les agama deh, hihihihi" jawabku sambil bercanda

dengan tersenyum kecil, kau melanjutkan opini pamungkasmu seperti tidak tergubris dengan bercandaanku tadi.  
"Seringkali sebagai orang tua kita lupa mengajarkan hal-hal dasar kehidupan pada anak. Kita selalu terobsesi untuk mendorong anak berprestasi. Kita ingin anak kita memliki banyak keahlian. Atau kalau bisa memiliki banyak piagam penghargaan. Kita ingin anak kita pintar bahasa asing hingga mendapatkan beasiswa atau bekerja keluar negri. 
 
Namun pada akhirnya kita baru sadar bahwa kita lupa mengajarkan hal-hal penting seperti bakti ke orang tua. Anak kita tumbuh menjadi sosok yang arogan bahkan terhadap orang tuanya sendiri. Jarang mengunjungi ataupun jarang sekedar memberi kabar lewat telpon kepada orangtuanya. Ia hanya menelpon untuk bertanya "masih ada uang pa, ma? perlu aku kirim lagi?" tanpa mau tahu bahwa yang dibutuhkan orang tuanya bukanlah sekedar uang dari anaknya itu."
 
***
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar