Jaman kuliah, dosen saya pernah mengajarkan tips saat akan bertengkar dengan pasangan. Beliau mengatakan : "saat kamu mau berantem dengan pasangan kamu, ajukan satu pertanyaan dulu kepada dia sebelum kalian bertengkar, bertanyalah "Kira-kira kita bakal lanjut ga? kalau iya, yuk kita bertengkar. Tapi kalau kira-kira ga mau lanjut, yaudah kita pisah aja, ga perlu repot-repot berantem."
Butuh waktu yang cukup lama untuk memahami tips dari dosen itu. Namun sekarang saya semakin yakin bahwa kalimat dosen itu masuk akal. Ini merupakan permainan mindset.
Kita semua tau bahwa cara kita memandang suatu masalah akan berpengaruh terhadap tindakan kita dalam menyelesaikan perkara tersebut. Perilaku kita saat berhadapan dengan masalah yang akan mempunyai dampak jangka panjang, akan berbeda dengan perilaku kita saat berhadapan dengan masalah sepele yang hanya akan mempunyai dampak jangka pendek.
Tulisan dari Tere Liye yang berjudul Going Concern ini sepertinya bisa menggambarkan lebih jelas mengenai mindset tersebut. Sila kan diresapi.
Saya akuntan, jadi pernah menghabiskan banyak waktu untuk belajar
sebuah konsep yang disebut : going concern. Saya ingat, kuliah tentang
teori akuntansi ini seru,karena menjadi tempat terbaik berdiskusi
tentang prinsip2,standar2, dan apapun yang melandasi dunia akuntansi.
Ada banyak konsep2 dalam dunia akuntansi, tapi kali ini saya akan bahas
going concern.
Apa itu going concern? Simpelnya adalah: bertahan lama,
hidup lama. Ketika kita meng-audit sebuah perusahaan, melakukan
pembukuan, membuat laporan keuangan, dsbnya terkait proses akuntansi, maka
penting sekali konsep going concern ini. Bahwa perusahaan akan bertahan
lama, hidup lama. Karena kalau kita tidak yakin bahwa perusahaan ini
akan bertahan lama,metode pencatatan akuntansinya akan amat berbeda.
Kita tidak bisa menerapkan pendekatan depresiasi, amortisasi (yang bisa
20 tahun), kita tidak bisa mencatat hutang jangka panjang, dan detail2
lainnya. Saya tahu, tidak banyak diantara kita yang paham tentang
akuntansi, jadi sy tidak akan panjang lebar lagi membahasnya.
Lebih baik kita membahas bagian yang mungkin menarik buat kita semua.
Karena sebenarnya, konsep going concern ini bisa dipakai buat apapun.
Dalam pernikahan misalnya, kenapa orang2 memutuskan menikah? Karena dia
meyakini bahwa pernikahan tersebut akan berjalan lama, atau kalau bisa
selama2nya hingga meninggal. Going concern. Tidak ada orang yang menikah
hanya untuk keperluan 1-2 jam, atau 1-2 hari. Karena kalau ada, itu
tidak cocok dengan tujuan mulia dari sebuah pernikahan. Jika ada, maka
metoda 'pencatatan' hubungan itu tidak lagi merujuk pada pernikahan, tapi
dengan metode lain.
Dalam hubungan orang tua dan anak, contoh berikutnya. Jelas sekali
itu sebuah hubungan dengan konsep going concern. Karena tidak akan ada
orang yang menganggap hubungan orang tua dan anak hanya untuk urusan
sebentar, temporer. Rusak dunia ini jika ada yang mencatat hubungan
tersebut tanpa pondasi going concern. Pun dalam persahabatan, teman
baik, kawansejati, itu juga menggunakan konsep going concern. Kita
berteman untuk selama-lamanya, bukan untuk kepentingan sesaat, bukan
untuk keuntungan sepihak, dan konsep temporer lainnya.
Maka, ketika kita memahaminya going concern, apapun yang terjadi dalam
hubungan tersebut, marah, berantem, bertengkar, berbeda pendapat,
pikirkanlah selalu bahwa hubungan ini akan lama. Suami istri yang
bertengkar, ketika mereka berangkat dari posisi sama, bahwa pernikahan
mereka akan bertahan lama, semenyakitkan apapun bertengkarnya, tetap
akan punya pondasi kokoh. Apalah artinya marah2an 2 hari dibandingkan
terbentang luas berpuluh tahun waktu masa depan. Anak2 yang ngambek
kepada orang tuanya, atau orang tua yang kecewa kepada anak2nya, apalah
artinya rasa marah 2-3 jam dibanding terbentang jauh waktu going concern
tsb. Hubungan orang tua dan anak akan abadi, tidak bisa diganti. Going
concern.
Pun saatkita mendidik anak2 kita, gunakan konsep going concern, kita
akan melihatnya tumbuh berpuluh2 tahun kelak, maka berikanlah pendidikan
terbaik. Dan pendidikan terbaik,tidak selalu menyenangkan bagi anak
kita dalam jangka pendek. Boleh jadi menyakitkan, mereka harus belajar
disiplin, prihatin, tapi demi going concern, kita bisa melihat hasilnya
di masa depan. Juga dengan persahabatan baik, kita sepakat bahwa itu
akan going concern, maka janji masa depan yang lebih baik, akan lebih
penting dibanding salah-paham,pertengkaran sesaat. Kita tidak berteman
hanya untuk sehari atau seminggu, kita berteman untuk jangka lama.
Karena teman baik,semakin lama dia, semakin asyik dan seru. Beda dengan
HP, laptop, semakin lama, semakin ngadat dan ketinggalan jaman.
Sadarilah, kita membina hubungan2 baik ini untuk keperluan yang
sangat lamaaa. Jadi, catatlah dengan konsepgoing concern. Jangan catat
dengan egoisme, keras kepala, tidak mau berkomunikasi, dsbnya, dsbnya.
Hidupilah hubungan2 tersebut untuk keperluan yang panjang, selalu lihat
dari kaca mata going concern. Maka, ketika itu terjadi, kesadaran
tersebut dimiliki, kita bisa naik satu level lebih tinggi dari konsep
tersebut. Satu level lebih tinggi? Ohiya, itu benar, ada konsep yang
lebih tinggi dibanding 'goingc oncern' ini. Tidak akan saya bahas
sekarang, silahkan kalian temukan sendiri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar