Halaman

Kamis, 27 Juni 2013

"Kotak Cinta" yang dapat membuat kelas lebih kompak

Dulu, saya dan teman-teman pernah mendapat tugas untuk memberi intervensi kelompok di sebuah SMA. Kami diminta untuk melakukan "pembenahan" pada kelas yang memiliki masalah karena adanya gap antar siswa. Keluhan yang diberikan oleh para guru adalah siswa di kelas tersebut terlihat sangat tidak kompak bahkan justru saling tidak menyukai. Mereka saling mengejek bahkan di depan guru yang sedang mengajar. Guru BK sekolah itu juga menceritakan bahwa beberapa siswa dari kelas tersebut sering melaporkan kejelekan atau kecurangan temannya lainnya dengan tujuan ingin temannya yang bersangkutan dihukum.


Adanya gap atau gank di kelas tersebut tenyata membawa dampak buruk kepada nilai-nilai akademis seluruh siswa di kelas. Nilai rata-rata kelas itu relatif lebih rendah dibanding rata-rata kelas lainnya. Padahal, di kelas ini terdiri dari beberapa anak yang dulunya mempunyai riwayat prestasi nilai akademik yang bagus.

Saat pertama kali saya dan teman-teman saya masuk ke kelas itu, kami memang merasa bahwa mereka mempunyai masalah sosial yang cukup serius. Mereka tidak segan-segan mencela teman lainnya di depan kami -- padahal kami adalah orang baru bagi mereka. Terlihat juga bahwa mereka saling nge-gank dan tidak mau berbaur dengan teman yang bukan anggota gank nya.

Setelah melihat permasalahan yang terjadi, akhirnya kami memberikan sebuah intervensi yang salah satunya berupa training dengan tema "together we get better". Salah satu hal yang menarik di pelatihan ini adalah saat sesi "apresiasi" yakni sesi menyebutkan kelebihan teman lainnya. Kami meminta para siswa secara satu per satu menyebutkan kelebihan teman sekelasnya. Mungkin, bagi kita yang tidak memiliki permasalahan dalam kelas, kita dapat melakukan hal tersebut dengan sangat mudah. Namun ternyata bagi siswa di kelas tersebut, hal ini sangatlah sulit dilakukan. Mereka sudah sangat terbiasa untuk saling mencela, saling menemukan keburukan masing-masing. Dan saat diminta untuk menyebutkan kelebihan atau kebaikan, mereka terlihat kesusahan.

Tujuan dari intervensi ini adalah, memaksa mereka untuk melihat sisi lain teman sekelasnya. Jika selama ini mereka hanya melihat sisi "hitam" dari temannya, dan digunakan untuk saling mencela, maka mulai dari pelatihan tersebut, mereka diminta untuk melihat sisi "putih" teman-temannya. Kami meminta mereka untuk menuliskan pujian (hanya pujian saja, tidak boleh berupa ejekan) kepada teman-temannya selama 2 minggu penuh dan dimasukkan kedalam KOTAK CINTA. Dengan memberikan pujian, terjadi dua efek pada masing-masing diri siswa. Yang pertama adalah, mereka jadi terbiasa untuk melihat sisi positif teman lainnya. Yang kedua, dengan saling memuji, akan timbul rasa menyayangi diantara mereka.

Hal yang paling menyenangkan dari sebuah pelatihan atau sebuah intervensi adalah saat peserta atau klien mu mengatakan bahwa apa yang kamu berikan bermanfaat bagi mereka!! Alhamdulillah, setelah pelaksanaan sesi apresiasi selama dua minggu, ada siswa yang bercerita kepada kami bahwa telah terjadi perubahan di kelas itu. Kotak cinta yang kami berikan telah membantu kelas tersebut menjadi lebih kompak, lebih saling menghargai, dan  lebih saling membaur.

Inilah indahnya berbagi, and i love being psychologist! :)

Cheers!

Narastri Utami



1 komentar: