Halaman

Rabu, 05 Juni 2013

Buah Jatuh Tak Jauh Dari Pohonnya

Pernahkah mendengar peribahasa diatas? Peribahasa Buah Jatuh Tak Jauh Dari Pohonnya memiliki arti, sifat anak akan selalu mirip dengan orang tuanya. Atau arti lainnya adalah sifat anak tidak mungkin berbeda jauh dari ortunya. Apabila mengingat teori psikologi yang dicetuskan oleh John Locke yakni teori tabula rasa bahwa setiap anak dilahirkan bagai kertas kosong, maka peribahasa diatas bisa dianggap benar. Orang tua atau keluargalah yang dapat membentuk karakter si anak sesuai yang mereka "tuliskan" di kertas kosong tersebut.



Dosen saya pernah menceritakan hal menarik mengenai pembentukan karakter anak dalam keluarga. Salah satu moment paling efektif untuk membentuk pola pikir atau karakter anak adalah dengan sesi bercerita antara orang tua dan anak. Penanaman nilai keluarga dapat dilakukan melalui pemilihan bahan obrolan / cerita yang dilakukan oleh orang tua tersebut. 

Sebagai contoh, dosen saya ini dibesarkan oleh orang tua yang sering kali bercerita mengenai kisah lucu dan kekonyolan seseorang. Ayahnya sering menceritakan kekonyolan yang dilakukan oleh teman-teman kerjanya dan sekaligus kekonyolan yang dilakukan ia sendiri saat di tempat kerja. Keluarga mereka sangat mudah menyukai orang yang lucu atau konyol. Hal ini menyebabkan dosen saya memiliki pemikiran "penting untuk menjadi orang yang lucu, karena akan disenangi banyak orang". Dan hal itu terinternalisasi pada dirinya. Kami dapat melihat bahwa dosen tersebut termasuk dosen yang menyenangkan dan penuh jokes saat mengajar kuliah.

Lain lagi kisah teman saya ini. Teman saya terlahir dari orang tua yang berprofesi sebagai akademisi. Tentu saja, isu yang paling sering dihembuskan dalam keluarganya adalah "jadilah orang pintar". Ada satu moment percakapan ia dengan ibunya yang cukup menarik untuk dibahas. Dulu, waktu itu ia dan ibunya sedang melewati hotel yang sangat mewah di kota besar yang mereka kunjungi. Lalu ia berkata , "Bu, itu hotelnya bagus, aku pengen nginep disitu". Ibunya menjawab "makanya besok kamu jadi orang yang pintar ya, karena kalau kamu pintar, kamu akan sering dapat kesempatan ikut kursus atau sekolah singkat di luar kota dan akan menginap di hotel mewah".

Saya tertarik mendengar jawaban ibunya tersebut. Kenapa ya beliau menyuruh untuk jadi orang pintar agar bisa nginap di hotel mewah. Kenapa bukannya menyuruh teman saya tersebut untuk menjadi orang kaya?. Kan kalau kita kaya, kita juga bisa nginap di hotel mewah juga. hehehe. Saya jadi berandai-andai, mungkin jika ibunya itu adalah pengusaha, ibunya akan menjawab "makanya kamu jadi orang yang sukses bisnisnya ya nak, kan kalau kamu kaya kamu bisa menginap di hotel mana pun yang kamu mau".

Penanaman nilai oleh orang tua teman saya tersebut telah membentuk pola pikirnya bahwa "Penting untuk menjadi orang pintar". Sedangkan penanaman yang dilakukan oleh keluarga dosen saya tersebut telah menyebabkan dosen saya memiliki pemikiran "penting untuk menjadi orang yang lucu". Dua contoh ini cukup membuktikan bahwa Buah Jatuh Tak Jauh Dari Pohonnya dan juga penanaman karakter anak memanglah berasal dari keluarga. Beware lah dengan bahan obrolan yang akan kita tanamkan ke anak-anak kita (kelak).



*photo taken from here


Cheers!

Narastri Utami

2 komentar:

  1. hmm... tantangan besar bagi para orang tua saat ini untuk mewujudkan anak - anak yang berakhlak mulia ya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul pak! saya pernah dengar, cara untuk mendidik akhlak anak salah satunya dengan menceritakan kisah-kisa nabi.. *mungkin bisa dicoba :)...
      thx pak awaludin.

      Hapus